Selasa, 13 Maret 2012

PRODI ARSITEKTUR

UPAYA PENERAPAN PENDIDIKAN PROFESSIONAL DAN WIRAUSAHA
PADA PERKULIAHAN DI PRODI ARSITEKTUR

Empat pilar pendidikan menurut UNESCO yakni terdiri dari : Learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), learning to live together (belajar untuk hidup bersama) dan learning to do (belajar untuk melakukan). Pendidikan arsitektur sebagai salah satu cabang pendidikan keilmuan, harus menerapkan ke empat pilar tersebut dalam kurikulum silabus pembelajarannya (www.unesco.org).
Berbicara mengenai pendidikan arsitektur, tak luput dari membicarakan mengenai kampus sebagai produsen para sarjana arsitek, dan selanjutnya kurikulum silabus apa saja yang diberikan disana untuk menunjang mahasiswanya supaya siap untuk diterjunkan ke lapangan menjadi wirausaha atau tenaga kerja yang profesional dalam bidangnya.
Pemerintah RI menetapkan 7 bidang keprofesian (Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 036/U/1993 dan Nomor 056/U/1994), yaitu : Dokter, Dokter Gigi, Psikolog, Akuntan, Notaris, Insinyur dan Arsitek. Ditetapkan pula bahwa calon pelaku dalam bidang keprofesian tersebut memerlukan pendidikan tambahan sesuai dengan pendidikan tinggi S1 untuk memenuhi tuntutan keprofesiannya masing-masing.
Pendidikan tinggi untuk para arsitek pada awal pendirannya mempunyai misi untuk menghasilkan para arsitek profesional yang siap pakai dengan masa pendidikan 5 tahun, selain diberi pengetahuan tentang ilmu arsitektur para mahasiswanya juga diberi ketrampilan merancang melalui penugasan di studio, pembekalan pengalaman kerja melalui praktik kerja/magang, di akhir masa pendidikannya diuji melalui simulasi proyek nyata dan apabila lulus dinyatakan sebagai insinyur (Dewan Pendidikan Arsitektk IAI, 2007). Sekarang sudah berubah, masa pendidikan di Jurusan Arsitektur dipersingkat menjadi + 4 tahun, dengan jumlah sks yang lebih sedikit, dan apabila lulus disebut dengan Sarjana Teknik. Setelah perubahan ini terdapat keluhan dari pihak pengguna, yang menganggap bahwa sarjana arsitek yang dihasilkan oleh Perguruan Tinggi pada saat ini belum siap pakai.
Hal ini ditambah lagi timbul kesenjangan dengan organisasi arsitek sedunia Union Internationale des Architectes (UIA) bersama-sama dengan American Institutes of Architects (AIA) dan Architects’ Society of China (ASA) merekomendasikan bahwa :
• Pendidikan minimal bagi seorang calon arsitek profesional adalah 5 tahun, dilanjutkan dengan pemagangan sekurang-kurangnya 4 tahun.
• Pendidikan minimal bagi seorang calon arsitek profesional harus mencakup 37 butir pengetahuan, sedangkan pemagangannya harus menghasilkan 13 butir kemampuan.
IAI sebagai anggota UIA menerapkan rekomendasi tersebut di atas. 37 butir pengetahuan sampai saat ini masih terus sedang dicari kesepakatannya antara IAI dengan Perguruan Tinggi. Sedangkan 13 butir kemampuan oleh IAI dijadikan tolok ukur dalam penilaian karya para arsitek anggota IAI yang ingin memiliki sertifikat.
37 butir pengetahuan yang direkomendasikan UIA tersebut adalah sebagai berikut :
1. Verbal
2. Grafis
3. Riset
4. Berfikir kritis
5. Dasar-dasar perancangan
6. Kolaborasi
7. Perilaku manusia
8. Keragaman manusia
9. Sejarah dan preseden
10. Tradisi nasional dan regional
11. Tradisi barat
12. Tradisi non-barat
13. Pelestarian lingkungan
14. Aksesibilitas
15. Kondisi tapak
16. Sistem keteraturan formal
17. Sistem struktur
18. Sistem penyelamatan dari bangunan
19. Sistem sampul bangunan
20. Sistem lingkungan bangunan
21. Sistem pelayanan bangunan
22. Integrasi sistem bangunan
23. Tanggung jawab hukum
24. Kepatuhan terhadap peraturan bangunan
25. Bahan bangunan dan penerapannya
26. Ekonomi bangunan dan pengendalian biaya
27. Pengembangan detail rancangan
28. Dokumentasi grafik
29. Perancangan komprehensif
30. Persiapan program
31. Konteks hukum praktek arsitektur
32. Organisasi dan manajemen praktek
33. Kontrak dan dokumentasi
34. Pemagangan
35. Wawasan peran arsitek
36. Kondisi masa silam dan kini
37. Etika dan penilaian professional
Sedangkan 13 butir kemampuan yang direkomendasikan IAI adalah meliputi :
1. Kemampuan menghasilkan rancangan arsitektur yang memenuhi ukuran estetika dan persyaratan teknik yang bertujuan melestarikan lingkungan.
2. Pengetahuan yang mamadai tentang sejarah dan teori arsitektur termasuk seni, teknologi, dan ilmu-ilmu pengetahuan manusia.
3. Pengetahuan tentang seni rupa dan pengaruhnya terhadap kualitas rancangan arsitektur.
4. Pengetahuan yang memadai tentang perencanaan dan perancangan kota serta ketrampilan yang dibutuhkan dalam proses perencanaan itu.
5. Memahami hubungan antara manusia dan bangunan gedung serta antara bangunan gedung dan lingkungannya juga memahami pentingnya mengaitkan ruang-ruang yang terbentuk diantara manusia, bangunan gedung dan lingkungannya tersebut untuk kebutuhan manusia dan skala manusia.
6. Menguasai pengetahuan yang memadai tentang cara menghasilkan perancangan yang sesuai daya dukung lingkungan.
7. Memahami aspek keprofesian dalam bidang arsitektur dan menyadari peran arsitek di masyarakat khususnya dalam penyusunan kerangka acuan kerja yang memperhitungkan factor-faktor sosial.
8. Memahami metode penelusuran dan penyiapan program rancangan bagi sebuah proyek perancangan.
9. Memahami permasalahan struktur, konstruksi dan rekayasa yang berkaitan dengan rancangan bangunan gedung.
10. Menguasai pengetahuan yang memadai mengenai masalah fisik dan fisika, teknologi dan fungsi bangunan gedung sehingga dapat melengkapinya dengan kondisi internal yang memberi kenyamanan serta perlindungan terhadap iklim setempat.
11. Menguasai ketrampilan yang dipergunakan untuk memenuhi persyaratan pihak pengguna bangunan gedung dalam rentang kendala biaya pembangunan dan peraturan bangunan.
12. Menguasai pengetahuan yang memadai tentang industri, organisasi, peraturan dan tata cara yang berkaitan dengan proses penerjemahan konsep perancangan menjadi bangunan gedung serta proses memadukan penataan daerah-daerahnya menjadi perancangan yang menyeluruh.
13. Menguasai pengetahuan yang memadai mengenai pendanaan proyek, manajeman proyek dan pengendalian beaya pembangunan.
Cakupan 37 butir pengetahuan dan 13 butir kemampuan di atas pada dasarnya harus terkandung dalam kurikulum dan silabus pendidikan tinggi Arsitektur di Indonesia. Masukkan tersebut secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut :

Sabtu, 11 Februari 2012

’’VENTILASI DAN PENCAHAYAAN YANG MEMENUHI RUMAH SEHAT’’


’’VENTILASI  DAN  PENCAHAYAAN  YANG  MEMENUHI  RUMAH SEHAT’’

I.  PENDAHULUAN

Rumah atau hunian adalah tempat dimana seseorang tinggal berserta keluarganya, memiliki hubungan sosial masyrakat sekitarnya dan melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka mempersiapkan diri untuk aktivitas diluar rumah. Rumah pada umum adalah sebagai tempat berlindung untuk mendapatkan keamanan dan kenyamanan , terhindar dari cuaca yang tidak menentu, hewan buas, serta beristirahat. Tapi pengertian rumah sudah melebar sesuai dengan perkembangan jaman.
 Hal pertama yang paling penting adalah rumah harus dapat mewadahi kegiatan penguninya, dan cukup luas bagi seluruh pemakainya dengan menentukan kebutuan ruang yang baik disediakan bagi setiap orang. Lingkungan rumah sebaiknya terhindar dari  faktor-faktor yang merugikan kesehatan, misalnya kawat listrik bertegangan tinggi, limbah buangan pabrik atau asap yang merugikan kesehatan, polusi udara dari kendaran dan debu jalan yang berlebihan, polusi dari sumber dari sumber pencemaran udara seperti asap pabrik, tempat pembuangaan sampah atau peternakan. Ganguan-ganguan terhadap kesehatan apabila berlangsung secara terus menerus dapat mengakibatkan penyakit yang tidak diinginkan.
Rumah merupakan faktor yang sangat penting untuk kesehatan dimana segala sesuatu tentang rumah akan mempengaruhi kehidupan. Segala aktivitas berawal dari rumah sehingga rancangan rumah harus dimaksimalkan agar sehat. Rumah didesain menjadi rumah sehat yang merupakan faktor penting yang harus diperhatikan setelah tampilan rumah.
Rumah sehat adalah dambaan dari setiap orang, untuk memenuhi itu maka desain rumah harus memenuhi kriteria rumah sehat seperti, perencanaan ventilasi, pencahayaan, bahan, lingkungan, ukuran rumah dam lain sebagaimya. Dalam karya ilmiah ini saya akan membahas dua hal yaitu ventilasi dan pencahayaan yang sesuai syarat rumah sehat.



Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping sandang dan pangan. Rumah sehat dan terletak di lingkungan yang sehat adalah idaman setiap keluarga, karena rumah dan lingkungan merupakan sarana pembinaan keluarga yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan watak penghuninya. Disamping itu juga mencerminkan tingkat ke"sehat"an, ketertiban, keamanan, ketenteraman dan kesejahteraan masyarakat.

Syarat teknis Rumah Sehat pada saat merencanakan dan membangun, r umah sehat serta layak untuk dihuni harus memenuhi beberapa syarat teknis rumah sehat sebagai berikut:
1.    Segi Ke-"sehat"an. Artinya bagian-bagian rumah yang mempengaruhi ke-"sehat"an keluarga hendaknya dipersiapkan dengan baik terutama:

a. Penerapan dan lubang hawa/peranginan/ventilasi dalam setiap ruang harus cukup
b. Penyediaan air bersih yang memenuhi syarat ke"sehat"an bagi keluarga.
c.Pengaturan pembuangan air limbah dan sampah sehingga tidak menimbulkan           pencemaran
d.Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab. Lingkungan tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor, udara kotor, gangguan suara  dan sebagainya.
2.    Segi Kekuatan Bangunan (Konstruksi). Artinya bagian-bagian dari bangunan "rumah" mempunyai konstruksi dan bahan yang dapat dijamin keamanannya, seperti:

a. Konstruksi bangunan yang cukup kuat, baik untuk menahan berat bangunan "rumah"    itu sendiri maupun pengaruh luar seperti angin, hujan, gempa dan lain-lain

b. Bahan bangunan yang dipakai harus dapat menjamin keawetan dan kemudahan dalam pemeliharaan "rumah" serta cukup terlindung dari karat, kelapukan dan serangga/rayap.

c. Bahan tahan api digunakan untuk bagian yang mudah terbakar dan bahan tahan air untuk bagian yang selalu basah.

3.    Segi Penataan Ruang Setempat, Untuk mendirikan bangunan dalam mewujudkan tertib bangunan harus memperhatikan:
a. Lokasi sesuai peruntukannya.
b. Kepadatan bangunan yang diijinkan.
c. Jarak bangunan/"rumah" ke jalan maupun ke bangunan/"rumah" lain.
Sehingga dengan demikian akan tercipta keseimbangan terhadap lingkungan.

4.     Segi Kenyamanan. "Rumah" sebagai tempat membina keluarga, tempat melakukan kegiatan sehari-hari maka harus diperhatikan segi kenyamanannya supaya anggota keluarga dapat melakukan kegiatan sehari-hari , maka harus dapat istirahat atau melakukan kegiatan dengan nyaman. Untuk itu yang perlu diperhatikan antara lain:

a.    Penyediaan ruangan yang mencukupi kebutuhan (mengikuti standart matra ruang dan koordinasi modular untuk bangan "rumah" tinggal.
b.    Penyesuaian ukuran ruang dengan kegiatan penghuni "rumah".
c.    Penataan ruang yang cukup baik.
d.    Pemilihan dekorasi dan warna ruang yang serasi.
e.     Penghijauan halaman "rumah" diatur sesuai kebutuhan



III. PEMBAHASAN
A.    VETILASI
vetilasi rumah sehat
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini  merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri¬bakteri penyebab penyakit).
Fungsi kedua dari pada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di dalam kelembaban (humudity) yang optimum.
Ada 2 macam ventilasi, yakni: 
a) Ventilasi alamiah, di mana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari ganguan-ganguan tersebut. usaha mendapatkan ventilasi alamiah bisa diperoleh. Oleh karena itu perlu diketahui bahwa ventilasi mendasarkan diri pada dua prinsip, yaitu :
Ventilasi Horisontal
Ventilasi horizontal timbul karena udara dari sumber yang datang secara horizontal. Kondisi ini bisa terjadi bila ada satu sisi (bagian rumah) yang sengaja dibuat panas sementara di sisi lain kondisinya lebih sejuk. Kondisi sejuk ini dapat diperoleh bila bagian tersebut kita tanami pohon yang cukup rindang atau bagian tersebut sering terkena bayangan (ingat prinsip dasar udara yang mengalir dari daerah bertekanan tinggi /dingin ke daerah bertekanan rendah/panas). 


Ventilasi Vertikal
Prinsip dasar ventilasi vertikal adalah memanfaatkan perbedaan lapisan-lapisan udara, baik di dalam maupun di luar yang memiliki perbedaan berat jenis. Ventilasi vertikal ini akan sangat bermanfaat untuk bangunan rumah 2 lantai atau lebih.
b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga  agar udara tidak berhenti atau membalik lagi, intinya harus mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.
Ada beberapa indikator yang dapat menentukan satu rumah sudah memiliki tata udara yang cukup bagus atau belum. Salah satunya dengan memerhatikan temperatur ruang yang dirasakan penghuni. Aman biasanya memiliki temperatur udara berkisar 22–30 derajat Celsius. Selain itu, kecepatan dan volume angin yang masuk ke dalam rumah juga turut menentukan. Cara perhitungannya adalah dengan menganalisis besaran inlet atau banyaknya ventilasi udara masuk, serta outlet yakni ventilasi bukaan udara keluar. Indikator kedua yaitu lokasi rumah dan lingkungan. Dua indikator tersebut merupakan faktor penentu untuk mengetahui letak ventilasi yang tepat pada sebuah rumah.
Lalu, untuk perhitungan tata udara secara buatan dilakukan dengan perhitungan volume ruang dan konversi terhadap jenis kegiatan dalam ruangan tersebut. Tiap ruang memiliki karakter dan kebutuhan masing-masing terhadap udara. Namun, yang paling penting diperhatikan dan menjadi faktor utama adalah manusia atau penghuni itu sendiri. Statistik bisa menentukan standardisasi kenyaman thermal dan kebutuhan intensitas cahaya dalam ruang. Namun, pengalaman ruang yang dirasakan dan yang diinginkan penghuni adalah hal yang paling utama.
Prinsip membuat ventilasi rumah sehat adalah bagaimana membuat lebih mudah bergerak dari luar ke dalam maupun sebaliknya. Oleh karenanya peletakan bukaan ventilasi menjadi faktor penting. Agar angin yang masuk bisa mengalir dengan lancar maka penempatan bukaan ventilasi dilakukan secara berhadapan (cross ventilation). Kondisi ini mempermudah aliran udara untuk saling bertukar, satu bagian menjadi tempat masuknya udara bagian yang berhadapan menjadi tempat pengeluarannya begitu pula sebaliknya. Namun yang perlu diingat agar aliran udara bisa mengalir melintang di seluruh ruang maka ketinggian lubang ventilasi yang saling berhadapan sebaiknya dibuat tidak sama.
Selain bergerak secara horizontal, aliran udara di dalam rumah juga bergerak secara vertikal. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar bahwa udara mengalir dari area bertekanan tinggi (dingin) ke area bertekanan rendah (panas). Bagian atas rumah cenderung lebih panas dari bagian bawah hal ini disebabkan karena adanya pemanasan bangunan oleh sinar matahari (pada bagian atap bangunan). Kondisi ini menyebabkan udara bergerak dari area bawah ke atas. Agar udara panas ini dapat keluar, dan terjadi aliran maka perlu ditempatkan lubang angin di bagian atas rumah. Dengan demikian, udara panas bisa terbuang digantikan udara yang lebih dingin dari bagian bawah rumah.
Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat lainnya, di antaranya:
Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% dikali luas lantai ruangan. Ukuran luas ini diatur sedemikian rupa sehingga udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit.  Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari sampah atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan lain-lain.  Aliran udara diusahakan ventilasi silang dengan menempatkan lubang hawa berhadapan antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barang-barang besar misalnya almari, dinding sekat dan lain-lain.
Rumah yang ideal/sehat juga memiliki prosentase ventilasi/bukaan total 15%-20% dari luas keseluruhan tapak/lahan. Proporsi volume udara yang dibutuhkan dari masing-masing ruang memiliki nilai yang berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan fungsi ruang tersebut. Kamar mandi yang memiliki kelembaban tinggi, maka membutuhkan pergantian udara sebanyak enam kali volume ruangnya (volume dihitung dari luas ruang x tinggi ruang). Misal kamar mandi berukuran 3×3 m dengan tinggi 3 m, membutuhkan pergantian udara sebanyak (3x3x3)x6 = 162 m2/jam. Sedangkan kamar tidur membutuhkan pergantian udara sebesar 2/3 volume ruang tiap jamnya.
Bagi ruangan yang didesain dan bisa dipadukan dengan ruang terbuka seperti taman, ventilasi tentu bukan menjadi parmasalahan berarti. Namun bagaimana dengan ruang yang berada di tengah-tengah ruang lain dan tidak dimungkinkan untuk membuat bukaan untuk ventilasi? Untuk ruangan yang berada di tengah-tengah dan tidak terdapat area bukaan untuk mengalirkan udara, perlu dilakukan pendekatan yang berbeda. Kita bisa menggunakan alat untuk membantu sirkulasi udara, misal exhaust fan atau ventilating fan (penyedot udara). Di pasaran ada berbagai jenis exhaust fan, diantaranya wall mount (dipasang di dinding), ceiling mount (dipasang di plafond/langit-langit) serta window mount (dipasang di jendela). Prinsip peletakan exhaust fan adalah bersilangan dengan bukaan depan. Hal ini bertujuan agar perputaran udara dapat berjalan secara maksimal.
Perencanaan sistem ventilasi yang baik banyak member keuntungan. Di tengah maraknya isu penghematan energi, sebuah rumah yang didesain dengan sistem ventilasi yang baik, turut pula mendukung program ini. Pengaturan sistem penghawaan yang baik akan menghemat penggunaan pengkondisi ruang (AC). Di sisi lain, bukaan ventilasi berfungsi pula memasukkan terang langit sekaligus mendukung sistem pencahayaan alami di dalam rumah. Sehingga pada waktu siang hari, penggunaan lampu bisa diminimalkan sekaligus menghemat penggunaan listrik.

B.    PENCAHAYAAN
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya mata hari di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik
 untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusakkan mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni:
a) Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya luasnya sekurang¬kurangnya 15 % sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini, di samping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya. Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-tengah tinggi dinding (tembok). Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa waktu pembuatannya,kemudian menutupnya dengan pecahan kaca. memperhitungkan besar cahaya yang masuk melalui bukaan atau jendela dapat dilakukan dengan dua metode, yakni cara direktorat penyelidikan masalah bangunan (DPMB) dan building coverage ratio (BCR).
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan menyebabkan panas dan silau akhirnya dapat merusakkan mata.
b) Cahaya buatan yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya. Kualitas dari cahaya buatan tergantung dari terangnya sumber cahaya (brightness of the source). Pencahayaan buatan bisa terjadi dengan 3 cara, yaitu direct, indirect, semi direct atau general diffusing.
 Secara umum pengukuran pencahayaan terhadap sinar matahari adalah dengan menggunakan lux meter, yang diukur ditengah-tengah ruangan, pada tempat setinggi < 84 cm dari lantai, dengan ketentuan tidak memenuhi syarat kesehatan bila < 50 luxatau > 300 lux, dan memenuhi syarat kesehatan bila pencahayaan rumah antara 50-300   lux. Menurut Lubis dan Notoatmodjo (2003), cahaya matahari mempunyai sifat membunuh bakteri, terutama kuman mycobacterium tuberculosa. Menurut Depkes RI (2002), kuman tuberkulosa hanya dapat mati oleh sinar matahari langsung. Oleh sebab itu, rumah dengan standar pencahayaan yang buruk sangat berpengaruh terhadp kejadian tuberkulosis. Menurut Atmosukarto dan Soeswati (2000), kuman tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab dan gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-tahun lamannya, dan mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol, karbol dan panas api.
Kentungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari ventilasi dam pencahayaan yang baik adalah  Evisiensi terhadap pengunaan listrik, Lingkungan akan menjadi sehat karena dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik dapat membunuh kuman yang berbahaya bagi kesehatan dan juga dapat memaksimalkan potensi alam.



DAFTAR PUSTAKA
    Hindarto Probo. 2007. Inspirasi Rumah Sehat di Perkotaan. Yogyakarta: CV Andi Offset
    Satwiko Prasasto. 2005. Arsitektur Sdar Energi. Yogyakarta: CV Andi Offset
    http://19design.wordpress.com/2011/04/23/mengenal-lebih-jauh-sistem-ventilasi/
    http://tasikyou.multiply.com/journal/item/9
    http://www.p2kp.org/wartaarsipdetil.asp?mid=3049&catid=2&
    http://sarastiana.com/2011/07/29/pencahayaan-rumah-sehat-dan-hemat/

rudiansyah

Jumat, 27 Januari 2012

Sabtu, 14 Januari 2012

rumah sehat


Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping sandang dan pangan. Rumah sehat dan terletak di lingkungan yang sehat adalah idaman setiap keluarga, karena rumah dan lingkungan merupakan sarana pembinaan keluarga yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan watak penghuninya. Disamping itu juga mencerminkan tingkat ke"sehat"an, ketertiban, keamanan, ketenteraman dan kesejahteraan masyarakat.

Syarat teknis Rumah Sehat pada saat merencanakan dan membangun, r3umah sehat serta layak untuk dihuni harus memenuhi beberapa syarat teknis rumah sehat sebagai berikut:
1.      Segi Ke-"sehat"an. Artinya bagian-bagian rumah yang mempengaruhi ke-"sehat"an keluarga hendaknya dipersiapkan dengan baik terutama:

a. Penerapan dan lubang hawa/peranginan/ventilasi dalam setiap ruang harus cukup
b. Penyediaan air bersih yang memenuhi syarat ke"sehat"an bagi keluarga.
c.Pengaturan pembuangan air limbah dan sampah sehingga tidak menimbulkan           pencemaran
d.Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab. Lingkungan tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor, udara kotor, gangguan suara  dan sebagainya.
2.      Segi Kekuatan Bangunan (Konstruksi). Artinya bagian-bagian dari bangunan "rumah" mempunyai konstruksi dan bahan yang dapat dijamin keamanannya, seperti:

a. Konstruksi bangunan yang cukup kuat, baik untuk menahan berat bangunan "rumah"    itu sendiri maupun pengaruh luar seperti angin, hujan, gempa dan lain-lain

b. Bahan bangunan yang dipakai harus dapat menjamin keawetan dan kemudahan dalam pemeliharaan "rumah" serta cukup terlindung dari karat, kelapukan dan serangga/rayap.

c. Bahan tahan api digunakan untuk bagian yang mudah terbakar dan bahan tahan air untuk bagian yang selalu basah.

3.      Segi Penataan Ruang Setempat, Untuk mendirikan bangunan dalam mewujudkan tertib bangunan harus memperhatikan:
a. Lokasi sesuai peruntukannya.
b. Kepadatan bangunan yang diijinkan.
c. Jarak bangunan/"rumah" ke jalan maupun ke bangunan/"rumah" lain.
Sehingga dengan demikian akan tercipta keseimbangan terhadap lingkungan.

4.       Segi Kenyamanan. "Rumah" sebagai tempat membina keluarga, tempat melakukan kegiatan sehari-hari maka harus diperhatikan segi kenyamanannya supaya anggota keluarga dapat melakukan kegiatan sehari-hari , maka harus dapat istirahat atau melakukan kegiatan dengan nyaman. Untuk itu yang perlu diperhatikan antara lain:

a.       Penyediaan ruangan yang mencukupi kebutuhan (mengikuti standart matra ruang dan koordinasi modular untuk bangan "rumah" tinggal.
b.      Penyesuaian ukuran ruang dengan kegiatan penghuni "rumah".
c.       Penataan ruang yang cukup baik.
d.      Pemilihan dekorasi dan warna ruang yang serasi.
 Penghijauan halaman "rumah" diatur sesuai kebutuhan

Jumat, 13 Januari 2012

pengertian rumah


Rumah atau hunian adalah tempat dimana seseorang tinggal berserta keluarganya, memiliki hubungan sosial masyrakat sekitarnya dan melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka mempersiapkan diri untuk aktivitas diluar rumah. Rumah pada umum adalah sebagai tempat berlindung untuk mendapatkan keamanan dan kenyamanan , terhindar dari cuaca yang tidak menentu, hewan buas, serta beristirahat. Tapi pengertian rumah sudah melebar sesuai dengan perkembangan jaman.
 Hal pertama yang paling penting adalah rumah harus dapat mewadahi kegiatan penguninya, dan cukup luas bagi seluruh pemakainya dengan menentukan kebutuan ruang yang baik disediakan bagi setiap orang. Lingkungan rumah sebaiknya terhindar dari  faktor-faktor yang merugikan kesehatan, misalnya kawat listrik bertegangan tinggi, limbah buangan pabrik atau asap yang merugikan kesehatan, polusi udara dari kendaran dan debu jalan yang berlebihan, polusi dari sumber dari sumber pencemaran udara seperti asap pabrik, tempat pembuangaan sampah atau peternakan. Ganguan-ganguan terhadap kesehatan apabila berlangsung secara terus menerus dapat mengakibatkan penyakit yang tidak diinginkan.
Rumah merupakan faktor yang sangat penting untuk kesehatan dimana segala sesuatu tentang rumah akan mempengaruhi kehidupan. Segala aktivitas berawal dari rumah sehingga rancangan rumah harus dimaksimalkan agar sehat. Rumah didesain menjadi rumah sehat yang merupakan faktor penting yang harus diperhatikan setelah tampilan rumah.
Rumah sehat adalah dambaan dari setiap orang, untuk memenuhi itu maka desain rumah harus memenuhi kriteria rumah sehat seperti, perencanaan ventilasi, pencahayaan, bahan, lingkungan, ukuran rumah dam lain sebagaimya. Dalam karya ilmiah ini saya akan membahas dua hal yaitu ventilasi dan pencahayaan yang sesuai syarat rumah sehat